Rabu, 20 Maret 2013

Berjuang Demi Buruh: Dari Jalanan Sampai Pemerintahan

- Kiprah Aktivis Buruh, Dita Indah Sari - 

Siapa yang tak kenal sosok aktivis buruh ini? Di era orde baru, nama Dita Indah Sari sangat populer sebagai salah seorang penentang kekuasaan rezim tersebut. Dia pernah dijatuhi hukuman penjara 8 tahun saat Rezim Soeharto berkuasa karena dituding menjadi dalang aksi buruh. Meski demikian, semangat Dita tidak pernah surut. Dia terus bergerak membela buruh. Tidak heran jika dia dan para aktivis lainnya seperti Budiman Sujatmiko, Andi Arief, Faisol Reza, Raharja Waluyo Jati, dan lain-lainnya, kerap menjadi buruan pihak penguasa.

”Kaum buruh itu penting karena mereka penggerak ekonomi. Sayangnya nasib mereka kurang diperhatikan. Waktu itu kami mengorganisasi kaum buruh, meliputi petani, nelayan, dan guru. Jadi, nggak benar buruh hanya sebatas mereka yang bekerja di pabrik.” ungkap Dita saat ditanya alasannya terlibat dalam gerakan buruh.

Menurut Dita, buruh sendiri terbagi dua yakni yang bekerja di sektor formal dan informal. Di sektor formal meliputi mereka yang bekerja di pabrik. Sedangkan di sektor informal, mereka yang bekerja menjadi petani, nelayan, PRT, guru honorer, dan pekerjaan lain yang tidak memiliki kontrak kerja. Mereka dibayar dengan sistem upah.

Dita mengaku terdorong untuk memperjuangkan nasib buruh karena kondisi kehidupan buruh yang memang memprihatinkan. Dia mencontohkan kondisi anak-anak para buruh yang sangat menyedihkan.

”Saking mereka tidak mampu membeli susu, anak-anak mereka yang masih bayi hanya diberi air tajin. Untuk bedak, mereka pakai tepung kanji. Bayi berusia tiga bulan sudah diberi teh manis agar tetap terlihat segar dan tidak lemas. Bayi-bayi itu memang jadi segar dan gemuk karena mengonsumsi glukosa, tapi gemuk yang tidak sehat. Belum lagi situasi rumah yang panas dan tidak ada ventilasi. Mereka hidup dalam kondisi yang benar-benar tidak layak,” katanya.

Namun demikian, Dita menilai persoalan yang dihadapi buruh bukan semata-mata faktor upah semata. Namun lebih kepada masalah ekonomi dengan harga yang terus merangkak naik. Menurut Dita, jika para buruh itu mendapatkan fasilitas kesehatan, sekolah, dan perumahan yang layak, mereka tidak akan melakukan aksi demonstrasi. Yang terjadi, ketika harga naik, kenaikan upah buruh tidak sesuai dengan kenaikan tersebut.

Karena aktivitasnya itu, banyak orang yang kemudian menyamakan sosok Dita dengan Marsinah, pahlawan pergerakan buruh dari Porong Sidoarjo yang kematiannya tidak terungkap hingga saat ini. Namun kuat dugaan, Marsinah tewas dibunuh oknum-oknum aparat yang tidak menyukai aktivitasnya memperjuangkan nasib buruh pabrik. Selain aktif dalam kegiatan pergerakan buruh, Dita juga dikenal sebagai aktivis politik. Dia bahkan pernah menjadi Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik (PRD) bentukan para aktivis mahasiswa pasca tragedi 27 Juli. Di partai tersebut, Dita menggantikan Budiman Sujatmiko yang berkiprah di partai lain. Sayangnya, partai besutan para aktivis tersebut tidak mendapatkan suara yang signifikan, Dita pun kemudian pindah ke partai politik lainnya.

Nama Dita kembali muncul secara mengejutkan ketika Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar menunjuknya sebagai staf ahli. Banyak yang mempertanyakan keputusan Dita menerima penunjukan tersebut. Pertanyaan tersebut memang sangat beralasan, sejauh ini Dita dikenal sebagai aktivis buruh yang banyak menyuarakan aspirasinya lewat aksi-aksi demonstrasi. Sasarannya jelas penguasa di pemerintahan. Lalu, kenapa seolah-olah Dita berubah dengan masuk ke dalam pemerintahan (Kemenakertrans)?

”Ada dua hal dasar yang mendorong saya menjadi bagian Kemenakertrans. Pertama, persoalan perburuhan dan ketenagakerjaan merupakan bid­ang yang sudah digeluti sejak tahun 1992. Jadi saya bukan orang baru di bidang ini, juga bukan orang awam dan tidak tahu apa-apa. Su­dah 18 tahun saya berkecimpung di bidang ini, jadi tahu per­ma­sa­lahannya. De­ngan ilmu dan pengalaman yang saya miliki, saya ingin me­m­be­ri­kan usulan, dukungan, solusi ka­rena masalah ketenagakerjaan me­mang kompleks,” jelasnya.

Sedangkan yang kedua, dia menganggap sebagai upaya berbagi peran. “Teman-teman aktivis akan sedikit lebih mudah menyampaikan pikirannya, lebih mudah berkomunikasi, lebih memudah memahami persoalan,” katanya. [Safari Sidakaton/berbagai sumber]

  
Biodata

Nama : Dita Indah Sari
Tempat/Tanggal Lahir: Medan, 30 Desember 1972
Pendidikan : Fakultas Hukum UI, Depok (1991)

Pengalaman Organisasi:
* Bergabung dengan Forum Belajar Bebas, Fakultas Sastra UI (1992)
* Ketua Pusat Perjuangan Buruh Indonesia (PPBI)
* Koordinator Aliansi Parpol untuk Keadilan (Oktober 2006)
* 2008: Ikut mendirikan Koalisi Calon Perseorangan Seluruh Indonesia (KCPSI), 2008, dll.

Pengalaman Forum:
* Tour Against Sweatshop (menjadi pembicara di lima kota besar di Inggris) menyangkut perusahaan-perusahaan Inggris di Indonesia yang memekerjakan buruh dengan melanggar hak-haknya (2001)
* Menjadi pembicara dalam Forum Tripartit ILO di Jenewa menyangkut situasi perburuhan Indonesia (2002)
* Bergabung bersama Peace Mission (Misi Perdamaian) di Baghdad untuk mencegah penyerangan Amerika terhadap Irak (2003)
* Pembicara utama dalam Forum Sosial Dunia di Mumbai, India (2004)
* Pembicara dalam seminar Solidaritas Selatan-Selatan di Helsinki, Finlandia, tentang partai politik dan gerakan social (2007).

Penghargaan:
* Ramon Magsaysay Award 2001, Filipina
* Reebok Human Rights Award 2002, Amerika Serikat (ditolak)
* 20 Pemuda Berprestasi Indonesia 2006, Menteri Pemuda dan Olahraga RI
* 100 Wanita Asia Berprestasi, Majalah Globe Asia
* 10 Wanita yang Menginspirasi 2007 versi Tabloid Wanita Indonesia
* 35 Wanita yang Menginspirasi 2007 versi Majalah Femina Group
* 10 Wanita yang Menginspirasi 2008 versi Kompas-LKBN Antara dan Kelompok 10 Media

Tidak ada komentar:

Posting Komentar